Powered By Blogger

Senin, 28 Februari 2011

Racun Hati...Racun turunan Iblis ..

Banyak orang takut dengan penyakit yang akan menimpa pada jasad mereka, bahkan mereka berani mengeluarkan tidak sedikit uang demi menjaga diri mereka dari sekian banyak penyakit tubuh yang bisa mengancam kesehatan mereka. Memang kesehatan sangat penting untuk di jaga, terlebih kesehatan tubuh yang bisa mendukung aktivitas keseharian kita agar lancar dan sesuai dengan apa yang kita inginkan dalam kehidupan ini. Tidak ada manusia yang mau untuk sakit/menderita sakit, dan tiada ada manusia yang mau pula untuk senantiasa dihinggapi penyakit, terlebih penyakit menular atau bahkan mematikan. Oleh sebab itu tidak bisa kita ingkari bahwa dalam skala mayoritas hampir bisa kita katakan bahwa semua manusia akan sangat perhatian kepada kesehatan kondisii fisik dan jasad mereka agar jangan sampai terkena penyakit.
Akan tetapi pernahkah kita tanyakan kepada diri kita masing-masing apakah kita memiliki ketakutan dengan penyakit yang mungkin bisa menghinggapi hati kita?? Tentunya ada pertanyaan ..lho emang hati ada penyakitnya ya?? Apa namanya Liver.??? Atau penyakit fisik model apaan tuh penyakit hati?? Banyak ahli menyatakan penyakit yang hinggap di dalam hati seseorang tidak hanya penyakit fisik semacam Liver atau kanker hati semata, akan tetapi ada penyakit hati yang tidak kalah bahayanya dengan penyakit hati(fisik) tadi. Penyakit ini menyerang secara psikis, sangat berbahaya, sangat hina, bahkan yang lebih berbahaya lagi bahwa penyakit ini bisa menular….BAHAYA….!!!!!!!!!!! Lho emang se-bahaya apaan?? Bisa mematikan emang?? Kami jawab : “Ya , bisa mematikan, tidak cuman mematikan jasad dirinya, bahkan juga bisa mematikan jasad orang lain, bisa mematikan hati nuraninya, bisa mematikan hati nurani orang lain, serem deh pokoknya..
Biasanya sih pasien dari penyakit hati semacam ini hidupnya tidak pernah tenang dan nyaman, senantiasa ada rasa was was dalam hati mereka, senantiasa mengawasi keadaan orang lain yang kemudian ia bandingkan dengan keadaan dirinya. Kalaupun keadaan orang lain lebih hina dari keadaan dirinya ia senang dan tenang, kebalikannya apabila keadaan orang lain lebih senang dan tenang dari dirinya ia sangat kebingungan dan marah, ia memendam dendam kesumat yang ia tujukan untuk orang lain tanpa memperhatikan apakah orang lain yang ia benci dalam keadaan salah pada dirinya atau tidak. “Pokoknya aku benci dan tidak suka sama dia(orang lain tadi) !!! “. Ayoo... ada yang merasa pernah memiliki sifat yang seperti ini ???. Yuk !! kita koreksi diri kita masing-masing, ga usah mengurusi diri orang lain, lagian diri kita saat ini pasti kita bisa menjawab kalau diri kita aja masih belum bener, ngapain ngurusin hidup orang lain??.
Kawan, penyakit hati dalam al Quran sempat disinggung oleh Allah Ta’ala dalam awal-awal surat al Baqarah yang sering kita baca, bener ga’ kalau surat ini sering kita baca?? Tentunya bagi yang merasa barusan bisa baca atau barusan “lancar" baca al Quran mereka tidak perlu malu untuk mengatakan “iya”. Coba kita perhatikan firman Allah Ta’ala dalam Surat Al Baqarah ayat ke 10 :
فيِ قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللهُ مَرَضٌا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُوْنَ
Dalam hati mereka ada penyakit lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.

Memang sih .. awal mula ayat ini turun diperuntukkan bagi orang-orang munafik yang iri/dengki dengan kenabian Muhammad SAW, dalam hati-hati mereka orang-orang munafik Allah berikan penyakit, bahkan semakin Allah tambahkan penyakit dengki pada diri mereka. Akan tetapi kawan .. ayat ini secara umum menyatakan bahwa memang peringatan tersebut diperuntukkan bukan hanya untuk mereka semata, juga bagi umat manusia secara keseluruhan sepanjang zaman. Hati yang terkena penyakit seperti biasa tidak terlepas dari hal-hal buruk yang siap menyerang sebagaimana penyakit pada umumnya. Tidak ada penyakit kalau tidak ada sebab, bisa jadi sebabnya adalah kuman, bakteri, racun, dan lain sebagainya. Lha kalau penyakit psikis pada hati tuh Ulama telah menjelaskan dalam berbagai karya emas mereka yang bisa kita nikmati sampai sekarang. Kita ambil beberapa contoh seperti Imam ibn Rajab al Hanbali, Imam Abu Hamid Muhammad al Ghazali, Imam Ibn Qayyim al Jauziyyah – rahimahumullah-(semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepada beliau semua) adalah beberapa ulama yang sempat mengukir tinta emas mereka dalam rangka memberikan nasihat kepada umat Islam agar berhati-hati dalam masalah penyakit hati, termasuk berhati-hati dari racun-racun yang siap menyerang hati agar terkena penyakit hati tersebut.
Diantara racun-racun hati, yang selalu disebut pertama kali oleh para ulama adalah racun lisan. Ini dikarenakan banyaknya kemaksiatan dan kerusakan yang disebabkan oleh lisan. Hati dan perasaan bisa tersinggung karena lisan. Gosip yang memerahkan telinga bisa berhembus dengan cepat karena lisan. Fitnah yang dahsyat bisa tersebar karena lisan. Kesalahpahaman terjadi karena lisan. Konflik, pertikaian dan bahkan pertumpahan darah terjadi karena lisan.
Sedemikian bahayanya lisan ini kalau tidak terjaga sehingga Rasulullah mengukur kualitas keimanan seseorang dari lisannya. Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda,
لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ وَلَا يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ
”Tidaklah lurus iman seseorang sampai lurus hatinya. Dan tidaklah lurus hati seseorang sampai lurus lisannya.” (HR Ahmad).
Dalam hadits Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
”Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata-kata yang baik atau diam saja.” (HR Bukhari dan Muslim).
Menegaskan bisa sedemikian berbahayanya lisan jika tidak dijaga, Umar bin Khaththab berkata,
مَنْ كَثُرَ كَلاَمُهُ كَثُرَ سَقَطُهُ وَمَنْ كَثُرَ سَقَطُهُ كَثُرَتْ ذُنُوْبُهُ وَمَنْ كَثُرَتْ ذُنُوبُهُ كَانَتِ النَّارُ أَوْلىَ بِهِ
”Barangsiapa banyak bicaranya maka akan banyak tergelincirnya. Barangsiapa banyak tergelincirnya maka banyaklah dosanya. Dan barangsiapa banyak dosanya maka neraka lebih pantas untuknya.”
Dalam sebuah hadits yang cukup panjang pernah suatu ketika Mu’adz bin Jabal menanyakan berbagai kebaikan kepada Rasulullah. Semuanya pun dijawab oleh Rasulullah. Setelah itu, Rasulullah balik bertanya kepada Mu’adz,
أَلَا أُخْبِرُكَ بِمَلَاكِ ذَلِكَ كُلِّهِ ؟ قُلْتُ بَلَى يَا نَبِيَّ اللَّهِ , فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ قَالَ : كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا , فَقُلْتُ : يَا نَبِيَّ اللَّهِ ,وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ , فَقَالَ : ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ ,وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ
”Maukah engkau aku beritahu yang lebih besar dari semua kebaikan itu?” Mu’adz menjawab, ”Tentu, wahai Rasulullah.” Maka sambil memegang lisan, Rasulullah bersabda, ”Jagalah ini!” Mu’adz bertanya dengan nada agak protes, ”Wahai Nabi Allah, apakah kita akan dicelakakan oleh apa yang kita ucapkan?” Rasulullah menjawab, ”Kasihan engkau, Mu’adz. Mestinya engkau tahu itu.” Lalu beliau melanjutkan, ”Apakah tidak kau kira bahwa wajah-wajah manusia/tengkuk-tengkuk mereka dilemparkan kedalam api neraka kecuali semua itu adalah akibat dari kejahatan lisannya?” (HR Turmudzi dan Hakim).
Abu Hurairah pernah menceritakan bahwa suatu ketika Nabi ditanya tentang apa yang paling banyak menjadikan manusia masuk surga. Beliau saw menjawab, ”Taqwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” Sesudah itu Nabi ditanya apa yang paling banyak menjerumuskan manusia kedalam neraka. Beliau saw menjawab, ”Mulut dan kemaluan.” (HR Ahmad dan Turmudzi).
Dari sini jelas bagi kita semua bahwa ternyata lisan kita amat menentukan nasib kita di akhirat. Selamat dan celakanya kita pada hari pembalasan kelak sangat ditentukan oleh sejauh mana kita bisa menjaga lisan kita. Sayangnya, seringkali kita tidak sadar. Seringkali kita lalai terhadap setiap kata yang meluncur dari lisan kita. Padahal dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ لَا يَرَى بِهَا بَأْسًا يَهْوِي بِهَا سَبْعِينَ خَرِيفًا فِي النَّارِ
”Sesungguhnya seseorang mengucapkan satu kata yang ia sangka bukan apa-apa (tidak berdosa) padahal satu kata itu ternyata akan menggelincirkannya selama tujuh puluh tahun didalam neraka.”
Dalam redaksi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda,
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ فِيهَا يَزِلُّ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
”Sesungguhnya seseorang mengucapkan satu kata yang tidak ia teliti sebelumnya(baik atau tidaknya ucapan tersebut -pent) sehingga akibat satu kata itu ia tergelincir kedalam neraka sejauh jarak antara timur dan barat.”
Maha Suci Allah!!! Kalaupun demikian, bagaimana dengan keadaan kita selama ini kawan…? Apakah kita senantiasa meneliti setiap kata yang keluar dari lisan kita? Ataukah kita tidak pernah mengendalikannya sehingga tanpa sadar hal itu akan melemparkan kita kedalam neraka? Ataukah sudah menjadi sebuah kebiasaan bagi kita ketika lisan telah terbiasa berucap tanpa melewati otak untuk diseleksi terlebih dahulu, sehingga semuanya keluar dari mulut ibarat orang muntah keluar dari perut langsung ke mulut tanpa melewati otak yang ada di kepala kita??? Lisan berucap asal ngomong tanpa melihat kedepan apa akibat dari apa yang kita ucapkan. Berhati-hatilah wahai lisan….berhati-hatilah wahai kawan… apapun keadaanmu saat ini, setinggi apapun kedudukan saat ini, sebesar apapun gelar status sosial ataupun gelar pendidikan yang kau miliki, kelak dirimu tidak ada apa-apanya dihadapan Allah Ta’ala. Hanya iman dan bekal amal kebaikanmu yang bisa menyelamatkan dirimu dari murka Allah Ta’ala.
Oleh karena itu, Al-Qur’an dalam banyak tempat memerintahkan kepada kita untuk berbicara dengan tepat. Allah swt berfirman,
ياَ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ وَقُوْلُواْ قَوْلاً سَدِيْدًا - يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيْماً
”Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan bertuturkatalah dengan tepat, niscaya Allah akan memperbaiki untuk kalian amal-amal kalian dan Dia akan mengampuni untuk kalian dosa-dosa kalian.”(Q.S. Al Ahzab : 70-71)
Demikianlah Allah memerintahkan kepada kita untuk berkata-kata dengan tepat, sesuai dengan tempat, waktu, situasi dan kondisi. Betapa banyak orang yang bermaksud baik akan tetapi ketika ia menyampaikannya dengan tidak tepat maka justru muncul masalah besar.
Akhirnya, marilah kita benar-benar menjaga lisan kita. Katakan tidak pada ghibah (menggosip), namimah (memfitnah), kata-kata batil, kata-kata keji, mau menang sendiri, debat kusir, cekcok mulut, memuji-muji tidak pada tempatnya, menjelek-jelekkan orang, dan sebagainya.
Sebagai penutup, marilah kita dengar pesan Rasulullah ketika ‘Uqbah bin Amir bertanya kepada beliau, ”Wahai Rasulullah, apakah jalan keselamatan itu?” Rasulullah bersabda,
أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ
”Tahanlah (jagalah) lisanmu, bahagiakan keluargamu, dan menangislah atas kesalahan-kesalahanmu.” (HR Bukhari dan Muslim).

Semoga tulisan singkat ini bermanfaat buat kita semuanya … ingat kawan .. jangan tersinggung dengan tulisan ini .. kesemuanya adalah dengan niat saling mengingatkan satu sama lain termasuk untuk diri kami pribadi sebagai seorang saudara sesama muslim.

Salam hangat dari saudaramu yang senantiasa menyayangimu dalam kebaikan dan iman yang benar….Harry Abu ‘Azzam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar